Tampilkan postingan dengan label Kofindo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kofindo. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 November 2016

Review Film Melbourne Rewind


Film Melbourne Rewind rilis di bioskop tanah air tanggal 17 November 2016. Durasi yang dibawa sekitar 96 menit dengan genre drama. Untuk kategori penonton sendiri, film yang disutradarai Danial Rifky ini adalah remaja atau 13+. Berikut review filmnya.

Pamela Bowie kembali menghibur penonton dengan karakternya yang kurang lebih sama dengan saat ia bermain di film Winter in Tokyo. Karakternya? Bisa ditebak, perempuan si hidung merah. Tampak kuat tapi membuat wajahnya selalu sedih yang identik dengan warna hidung yang saya sebut sebelumnya. 

Cerita

Mungkin bila tak melihat para bintang yang bermain, judul film Melbourne Rewind tidak cukup menarik buat saya. Apalagi film ini berbarengan dengan film #66 yang juga rilis dengan genre action. 

Melbourne Rewind mencoba menyuguhkan suasana kota Melbourne yang sangat indah dengan balutan cerita cinta yang lumayan rumit. 

Penonton langsung diajak pada sebuah pertemuan 2 orang yang terlihat canggung di awal. Perlahan, cerita masa lalu mereka, 5 tahun lalu, menjadi garis besar dari film ini untuk menjawab pertanyaan saya tentang pertemuan tadi.

Bagaimana Paula (Laura) masa Sekolah dulu dan akhirnya pindah ke Australia bersama sahabatnya. Dan pertemuan mereka karena sebuah walkman yang masih digunakan untuk memperlihatkan masa 5 tahun silam.



Mereka akhirnya jadian, Morgan Oey (Max) dan Laura. Namun, mereka juga putus. Penonton diajak bolak-balik mengumpulkan informasi secara utuh yang tanpa sadar membuat saya juga sangat penasaran.

Apa yang terjadi selama 5 tahun ditinggal Max? Sosok dokter hewan yang diperankan oleh Jovial da Lopez sebagai Evan masuk yang membuat suasana kembali menyenangkan. 

Satu sisi, Laura merasa nyaman dengan kecocokan saat bersama Evan. Namun sisi lainnya, Evan berpacaran dengan Cee. Timbul pertanyaan, jadi sebenarnya ini Laura bakalan jadian sama siapa setelah Max datang kembali ke kehidupan Laura?

Saya senang Laura diperankan oleh Pamela Bowie. Karakternya sangat cocok yang membuat penonton yang duduk di depan saya bersama pasangannya ikut larut dalam kemesraan.

Teka-teki siapa yang akan jadi pasangan Laura pada akhirnya terjawab. Sebuah motivasi dari Ibu Laura yang diperankan Olga Lydia cukup memberi jawaban tentang kisah akhir film ini, cinta itu butuh keberanian dan pengorbanan.

Pemain film Melbourne Rewind

Bila sebelumnya di duetkan dengan Dion di film Winter in Tokyo dan ada juga Morgan, kali ini Pamela harus diduetkan langsung dengan Morgan sebagai tokoh cerita utama.

Hadirnya Jovial da Lopez sebagai tokoh pria lain yang biasa dikenal sebagai Youtuber juga ini sangat menarik. Karakternya berbanding terbalik dengan Max yang lebih kalem.

Pamela memang tidak seseksi Aurelie Mauremans dari paras dan tubuh, tapi untuk genre film drama romantis, saya selalu menyukai wajahnya yang sangat menjiwai peran. Termasuk ciri khas dengan hidung merah bila adegan sedih.

Ada juga Olga Lyda yang lama tak melihatnya di film bioskop beberapa waktu belakangan. Perannya tak diragukan dan tetap masih punya aura kecantikan.

Gambar

Rapi Films sebagai produksi, tak perlu diragukan bagaimana perusahaan ini membuat sebuah film. Melbourne Rewind sudah sangat baik disajikan, apalagi dibalut dengan suasana kota Melbourne.

Bila melihat hampir semua lokasi yang digunakan untuk pengambilan gambar,  sepertinya ini termasuk bagian promosi wisata. Dugaan saya lumayan sedikit benar bila melihat kerjasama mereka dengan bagian Pariwisata di sana.

Penonton bukan saja mendapat cerita menarik dan sedikit berbeda dari yang biasa. Beberapa bangunan megah dengan nuansa kota lama disulap terlihat hidup. Plus pemandangan dari atas dengan balon udara.

...

Akhirnya saya menemukan sebuah cerita cinta yang berbeda, meski saya baru tahu bahwa flm ini diadopsi dari sebuah novel. Entah, apakah sebelumnya juga ada. Tapi untuk ini, saya beri rating yang dapat Anda lihat dibagian akhir tulisan saya.

Sangat jarang, wanita mengejar pria untuk dijadikan sebuah cerita. Meski ada, bisa dihitung. Kira-kira, Pamela akan tetap mempertahankan karakternya sebagai pemain wanita romantis di film selanjutnya, atau .. *jawab sendiri.

Rating : 8

Artikel terkait :
...

Informasi Kerjasama

Hubungi lewat email dotsemarang@gmail.com
Atau klik DI SINI untuk detail lebih lengkap

Sabtu, 12 November 2016

Review Film Barakati


Sejatinya film ini sudah tayang tahun 2014, namun baru tanggal 10 November 2016, film Barakati secara resmi dirilis di bioskop Indonesia. Seperti apa filmnya?

Pekan ini, saya kembali bertemu dengan Fedi Nuril dan Acha Septriasa. Keduanya masih bermain di film Shy Shy Cat yang sepekan sebelumnya baru dirilis. Saya kira mereka memang sangat sibuk dengan jadwal syuting hingga harus ada 2 film yang tayang sebulan ini. 

Ternyata tidak, film Barakati yang disutradarai oleh Monty Tiwa, sutradara film Shy shy Cat juga, harus menunggu 2 tahun filmnya dirilis. Dalam penayangannya, film Barakati berdurasi 107 menit dengan kategori usia penonton yakni 13+ atau remaja.

Explore Buton

Film Barakati bercerita tentang pencarian sebuah misteri yang mengangkat tema kerajaan Majapahit. Apakah benar, Gajah Mada pernah tinggal di Buton, pulau yang berada di Sulawesi Tenggara.

Misteri inilah yang mencoba mengajak para penonton untuk tertarik menonton. Fedi Nuril yang berperan sebagai Abdul Manan adalah seorang arkeolog yang dikolaborasikan dengan Jono Armstrong yang berperan sebagai wartawan asing, dan karena dialah, Manan akhirnya pergi bersama mencari kebenaran.

Selama perjalanan yang dibumbui drama tentang anak dan ibu, hadir Acha Septriasa yang berperan sebagai Wa Ambe yang akan menjadi tur guide untuk menemukan misteri.


Film yang mengambil lokasi Yogyakarta ini akhirnya berpindah ke Buton sebagai lokasi utama. Yang belum pernah ke Buton tentu film ini bisa jadi semacam promosi wisata yang sangat menarik. Atau istilahnya mengexplore semua sisi yang ada.

Begitu saya menangkapnya, karena apa? Penonton bisa melihat berbagai keindahan mulai dari budaya, bahasa, masyarakat, laut, alam dan sebagainya. Sangat menarik.

Kangen film Kolosal

Alasan utama saya yang baru ngeh film ini sudah lama dibuat adalah dimasukkannya cerita kolosal yang bertema kerajaan Majapahit dengan nama-nama yang terkenal saat itu, salah satunya Patih Gajah Mada.

Untuk memaksimalkan dan biar tidak mirip dengan film yang ada di televisi, kemasan kolosalnya dibuat menarik. Fitur slow motion paling banyak digunakan dengan beberapa adegan membunuh secara sadis. Maksudnya itu nusuk lawannya keliatan banget goresan dan darahnya.

Gajah mada sendiri diperankan oleh om Tio Pakusadewo, aktor senior yang sangat cocok sekali dengan perannya di film ini. Gajah Mada diapit oleh pasukan yang mirip seperti tokoh Mortal Kombat, sangat berbeda dengan kemasan film televisi.

Namun sayangnya, film bertema kolosal ini hanya sebagai pemanis untuk membuka cerita sebenarnya yang ada di era modern. Di mana sosok Dwi Sasono turut hadir dan menjadi semacam penjahat berdarah dingin, tidak ragu melukai lawannya. Tapi tetap dengan gaya khasnya.

...

Dari segi cerita dan para pemain yang membintangi sebenarnya film ini sangat sangat menarik, namun lagi-lagi selera pasar tidak dapat diprediksi. Khususnya Semarang, kota di mana saya tinggal.

Film ini di awal perdana tayang di bioskop Semarang, jam pertama, hanya mendapat 3 penonton. Itu sudah termasuk kofindo sendiri. Hingga tulisan ini dibuat, jadwal tayang di bioskop untuk Semarang sudah mengalami penurunan pesat. Kofindo berharap film ini bisa bertahan hingga rabu besok.

Buat yang ingin ke Buton, film ini sangat rekomendasi untuk ditonton. Banyak hal yang bisa dilakuin di sana. Termasuk beriwisata.

Rating : 7

Artikel terkait :
... 

Informasi Kerjasama

Hubungi lewat email dotsemarang@gmail.com
Atau klik DI SINI untuk detail lebih lengkap

Senin, 07 November 2016

Review Film Shy Shy Cat


Awal November, film Indonesia masih didominasi film-film bertema drama yang buat penontonnya tertawa. Salah satu film Indonesia yang baru rilis adalah film Shy Shy Cat. Berikut review film Shy shy Cat.

Rilis secara resmi tanggal 3 November berbarengan dengan film Terpana, film Shy-shy Cat membawa 3 perempuan cantik sebagai pemeran utamanya. 2 Nama pemainnya, Acha Septriasa dan Nirina Zubir, sudah sering bermain dan selalu mencetak Box Office. Kini mereka dipersatukan bareng Tika Bravani sebagai 3 sahabat yang berasal dari Jakarta dengan karakter yang berbeda-beda.

Cerita

Awal bulan ini tidak seperti biasanya saya harus melewati hari kamis untuk pergi nonton film Indonesia di bioskop. Film yang disutradarai Monty Tiwa ini baru hari Senin saya tonton.


Saya pikir film ini seharusnya menggunakan judul yang Indonesia saja, malu-malu kucing. Namun entahlah, mengapa judulnya menggunakan Shy Shy Cat.

Film dibuka dengan Nirina (Mira) yang bekerja disebuah perusahaan yang kemudian mendapat suprise. Dari awal hingga akhir, Nirina sangat mendominasi cerita dengan sering bicara secara langsung dihadapan kamera. Film ini seperti sebuah cerita yang diceritakan.

Kekompakan 3 sahabat ini kemudian dihadapkan pada situasi Mira yang harus pulang untuk menghadiri acara taaruf yang dulunya pernah dinazarkan orang tuanya.

Seperti film Me VS Mom yang ceritanya pulang ke desa, film berdurasi 102 menit ini banyak memberikan cerita yang membuat tawa penonton disekeliling saya. Saya sendiri tak henti-hentinya tertawa meski bila dibandingkan dengan Film Me vs Mom, saya akan memilih film tersebut. 

Sampai di desa yang bernama Sindang Barang, Fedi Nuril (Otoy) kemudian hadir sebagai pemain pria yang tentu menarik dinanti, apakah film ini bisa memasukkan unsur romantis ke dalam ceritanya. Ternyata sangat sedikit, Fedi tetap serius seperti biasanya meski ada Soleh Solihun yang ikut ambil bagian.

Karakter Otong yang diperankan Fedi yang dulunya jelek masa kecilnya kini menjadi tampan dan pintar membuat sahabat-sahabat Nirina pada jatuh cinta. Berbagai cara dilakukan untuk menarik perhatian Otong yang pada akhirnya hanya membuat kekacauan saja.

Saat sadar bahwa saya memprediksi Otong akan menikah dengan Nirina, ternyata ada satu wanita yang nyaris tanpa ketahuan  rupanya menjadi bagian kebahagian untuk mengakhiri film ini dengan membuat penonton terus bertahan hingga film ini usai.

Kemasan yang menarik

Seperti film Athirah atau Me vs Mom yang memasukkan banyak unsur ke dalam filmnya, Film Shy Shy Cat juga tak ketinggalan memasukkan unsur keindahan pemandangan hingga budaya.

Bahkan, unsur pencak silat turut dimasukan yang dikolaborasikan dengan tren perkembangan terkini seperti desa wisata, WIFI, turis, penggunaan bahasa Inggris bagi masyarakat dan perkembangan masyarakat global yang kedepan akan menjadi perhatian banyak pihak.

Saya rasa film ini mengemas dengan sangat baik dan kekinian. Sepertinya film Indonesia harus dibanyakin film-film seperti ini kedepannya.

Isu Sosial

Menikah muda, menikah demi membayar hutang, istri lebih dari satu, adalah isu-isu sosial yang dibawa ke dalam film. Ini seperti memberitahu kepada penontonnya bahwa hal seperti ini masih terjadi di masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di desa.

Namun si penulis film sepertinya tidak membiarkan permasalahan sosial ini tanpa ada solusi. Otong yang dikira Mira hanya pria biasa rupanya sudah membuat seisi desa percaya bahwa ada pahlawan yang bisa membawa perubahan. 

Gambar

Sepertinya pemilik film tak akan membiarkan gambar filmnya terlihat kurang menarik. Film Shy Shy Cat sudah sangat baik menyajikan kualitas gambarnya.

Pemain film Shy shy Cat

Hampir sebagian besar pemain perempuannya didominasi wajah-wajah good looking. Sedangkan pemain pria, hanya Fedi Nuril yang bisa dbilang paling menarik dari lainnya.

Berikut para pemain yang mendukung film ini :
  • Fedi Nuril (Otoy)
  • Acha Septriasa (Jessy)
  • Tika Bravani (Umi)
  • Nirina Zubir (Mira)
  • Titi Kamal
  • Soleh Solihun
  • Budi Dalton
  • Dwi Sasono
  • Tio Pakusadewo
  • Ikang Sulung
...

Dengan target penonton remaja 13 tahun ke atas, film produksi Starvision ini berhasil mencuri perhatian di awal bulan November untuk bioskop Semarang.

Ceritanya segar, unsur komedi dan dramanya juga dapat. Dan paling saya suka adalah kolaborasi ketiga pemain utama yang sangat baik. Oh ya, sedikit kritik tentang pakaian Acha yang mungkin mengikuti karakternya dalam film, menurut saya itu terlalu seksi.

Film-film bertema komedi dan persahabatan memang selalu menarik perhatian. Dimasukkan unsur-unsur budaya, religi, pemandangan indah membuat saya memberi nilai seperti di bawah ini.

Rating : 7,5 (6-10)

Artikel terkait :
...

Informasi Kerjasama

Hubungi lewat email dotsemarang@gmail.com
Atau klik DI SINI untuk detail lebih lengkap

Kamis, 03 November 2016

[Moment] Daftar Film Indonesia yang Tayang Bulan Oktober di Semarang


Berikut ini daftar Film Indonesia yang dirangkum dari akun twitter kofindo selama bulan Oktober. Ada film apa saja yang tayang di Semarang selama Oktober, berikut detailnya.



Film Warkop DKI Reborn masih tayang selama Oktober dan akhirnya turun pada tanggal 28 Oktober dari bioskop Semarang. Film ini bertahan di Semarang lebih dari 50 hari.


  1. Film Warkop DKI Reborn
  2. Ada Cinta di SMA
  3. Wonderful Life
  4. Pinky Promise
  5. Me vs Mami
  6. The Doll
  7. Catatan Dodol Calon Dokter
  8. Dear Love

Artikel terkait :