Pernah mendengar kata-kata bijak tersebut kan, Kawan? Pernah dong ya? Tapi, sebagian di antara kita pasti ada juga yang baru pertama kali mendengarnya. Iya kan? Nah, kalau kita tahu, kata bijak tersebut adalah kata-kata yang pernah dilontarkan oleh seorang tokoh dunia, yaitu Mr. Nelson Mandela.
Emang artinya apa sih?
Kalau dalam Bahasa Indonesia, kata bijak yang dipopulerkan oleh seorang tokoh dari Afrika Selatan tersebut biasa diartikan dengan “Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat engkau gunakan untuk mengubah dunia.” Sebuah ungkapan yang mengisyaratkan betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia.
Dan saya kira, ungkapan itu tidaklah berlebihan. Karena memang tak bisa dipungkiri, pendidikan merupakan aset nasional yang sangat berharga. Bahkan, bisa dikatakan bahwa pendidikan juga menjadi tolak ukur maju mundurnya sebuah bangsa. Itu sebabnya orang tua kita dulu menyuruh anak-anaknya untuk mengenyam bangku sekolah. Iya kan? Oh ya, masih ingat nggak, saat duduk di bangku sekolah dulu, bagaimana metode Bapak dan Ibu guru waktu mengajar di kelas?
Bagi yang lahir sebelum tahun 1990-an pasti akan mengatakan bahwa guru-guru kita dulu waktu mengajar kebanyakan dengan menggunakan metode ceramah, menulis, dan tugas. Iya kan? Dulu, apapun kurikulumnya, kegiatan pembelajarannya kalau nggak mendengarkan penjelasan guru, mengerjakan soal, ya mencatat pelajaran. Maka, tak heran jika kurikulum CBSA yang pernah diberlakukan di Indonesia tidak diartikan sebagai Cara Belajar Siswa Aktif, tetapi sering dipelesetkan dengan Catat Buku Sampai Abis! Hehehe...
Keaktifan siswa dalam pembelajaran, salah satu ciri teori pendidikan modern
Emang metode seperti itu salah ya?Jawabnya, tidak! Terbukti, dengan metode tersebut, banyak di antara kita yang berhasil menjadi orang-orang yang sukses. Ya kan? Dan tak bisa dipungkiri, kesuksesan tersebut selain karena kesabaran guru-guru kita, sedikit banyak juga karena siswa-siswi pada masa itu punya motivasi yang tinggi dalam belajar. Masih ingat kan, semboyan kita jaman sekolah dulu, “Dengan membaca, kita kuasai cakrawala”?
Nah, masalahnya, sebagian besar siswa zaman sekarang itu berbeda dari siswa zaman dulu. Anak-anak kita sekarang lebih suka update dan membaca status sosmed di banding dengan membaca buku pelajaran. Bangun tidur yang dibuka BBM, di sekolah update status Facebook. Mau makan, foto dulu terus diposting di Instagram. Bahkan mau tidurpun, tak lengkap kalau belum WhatsApp teman terlebih dahulu. Sebuah bukti bahwa mereka lebih termotivasi untuk berkeliaran di dunia maya dari pada belajar. Ya nggak?
Sudah seharusnya, internet tidak sekedar untuk berjejaring sosial saja, tetapi juga sebagai media belajar
Saya sendiri, sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, banyak sekali menemukan problematika pendidikan terkait dengan rendahnya minat dan motivasi peserta didik dalam pembelajaran. Pernah suatu ketika, kesabaran saya benar-benar teruji akibat perilaku beberapa siswa yang berulah di dalam kelas. Beberapa di antara mereka terlihat mengantuk dan menyandarkan kepalanya di atas meja tempat duduknya. Sebagian yang lain terlihat chatting dengan smartphone yang ada di genggamannya. Sebuah indikasi bahwa mereka memang benar-benar kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
Terkait hal itu, saya juga pernah berbagi cerita dengan teman-teman sesama guru di sekolah lain. Ternyata, apa yang saya rasakan juga menjadi masalah bagi mereka. Dan saya kira, masalah rendahnya minat dan motivasi peserta didik dalam pembelajaran ini, bukan hanya menjadi problematika bagi saya dan teman saya ini. Akan tetapi juga menjadi problematika sebagian besar guru-guru di Indonesia. Ya nggak, Bapak dan Ibu guru?
Siswa memanfaatkan media internet untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
Saya yakin, sebagian besar akan mengiyakan, karena faktanya memang demikian. Akan tetapi, tentu kita tak bisa menyalahkan anak didik kita begitu saja. Menurunnya minat dan motivasi siswa dalam belajar, baik di kelas maupun di rumah tentu tak terlepas dari perubahan zaman yang sedemikian pesatnya. Kiranya benar kalau dalam agama diajarkan, “Didiklah anak-anakmu dengan pola pendidikan yang berbeda dengan pendidikan pada zamanmu, karena sesungguhnya mereka dilahirkan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu”.
Dulu, kita hidup di zaman tradisional, sehingga Bapak dan Ibu Guru kita dalam mengajarnya pun dengan cara tradisional. Berbeda sekali dengan zaman sekarang. Saat dunia memasuki era digital, kalau para guru masih mengajar dengan cara tradisional akibatnya anak didik kita kurang termotivasi. Sehingga, mau tidak mau para guru juga harus mengubah cara mengajarnya dari cara-cara yang tradisional menjadi cara-cara yang sesuai dengan era digital.
Sesuai fenomena bahwa saat ini internet merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, termasuk di kalangan pelajar, maka kita juga harus mampu dan mau untuk menjadikan makhluk bernama internet ini sebagai teman dalam beraktivitas sehari-hari. Caranya tak lain adalah dengan menjadikan internet sebagai media pembelajaran sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah.
Hadirnya jaringan internet di hampir setiap sekolah saat ini, sebagaimana di sekolah tempat saya mengajar yang menghadirkan hotspot dengan paket Speedy Unlimited Office dari Telkom, tentu tidak bisa menjadi alasan bagi kita untuk tidak memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran di dalam kelas. Dengan router yang terpasang di tiap pojok sekolah, maka saat ini guru dan siswa bisa mengakses berbagai sumber belajar dengan media internet.
Router yang terpasang di setiap sudut sekolah, memungkinkan guru dan siswa bisa mengakses internet kapan saja
Lantas, langkah apa yang bisa ditempuh?Wah, banyak sekali! Kalau ditanya bagaimana memanfaatkan internet sebagai pembelajaran yang paling mudah, menurut saya jawabnya adalah dengan pembelajaran berbasis blog. Caranya yaitu dengan membuat blog guru. Blog merupakan media pembelajaran berbasis internet yang sangat mudah kita sediakan bagi anak didik kita. Mengingat saat ini banyak sekali penyedia blog gratis yang bisa kita manfaatkan, seperti blogspot, wordpress, dan sebagainya.
Dengan blog guru, kita bisa memaksimalkan pembelajaran kita yang terbatas oleh waktu di ruang kelas. Dalam blog guru ini, para guru bisa memposting materi pembelajaran dengan berbagai animasi menarik yang bisa dipelajari oleh anak didiknya secara mandiri. Dan tentu cara ini pasti akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Tak hanya itu, dengan blog guru, peserta didik juga dapat berinteraksi dengan guru tanpa dibatasi waktu pembelajaran di sekolah.
Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan berdampak pada meningkatnya motivasi siswa dalam pembelajaran
Di era yang semakin digital ini, aktivitas blogging bisa dilakukan di mana saja, tak terbatas ruang dan waktu. Kita bisa meluangkan waktu sejenak di rumah untuk sekedar memposting materi pelajaran. Terlebih, saat ini telah hadir berbagai layanan internet dengan harga yang terjangkau, seperti layanan internet Telkomsel Flash dari Telkomsel yang memungkinkan kita mengakses internet super cepat dengan harga yang relatif terjangkau.
Ditambah dengan semakin banyaknya perangkat yang menyediakan teknologi komunikasi nirkabel di Indonesia, seperti smartphone. Sehingga memungkinkan kita untuk berbagi sambungan data melalui tethering dengan hotspot Wi-Fi portable. Intinya, selama kita mau sebenarnya kita mampu kok untuk menjadi guru yang digital.
Coba bayangkan sejenak, jika setiap guru di Indonesia memiliki blog pribadi. Maka akan ada jutaan blog guru yang bisa dimanfaatkan oleh ratusan juta anak didik kita sebagai sumber belajar. Dan hasilnya? Sudah pasti akan menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang digital. Dengan generasi yang digital, bisa dibayangkan kan bagaimana Indonesia dalam jangka beberapa tahun ke depan? Indonesia akan sejajar dengan negara-negara maju lain di dunia!
Generasi yang semakin digital untuk Indonesia yang lebih baik
Oh ya, apakah pemanfaatan internet hanya terbatas sebagai media belajar berbasis blog?Tentu tidak. Selain sebagai sumber belajar berbasis blog, internet juga bisa digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi hasil pembelajaran secara online. Caranya juga tak terlalu sulit. Kita bisa membuat soal dengan program Quiz Maker, Wondershare, ataupun dengan program pembuat soal online lainnya. Jika ingin lebih mudah, kita juga bisa menggunakan website penyedia soal online semacam ujian-online.net ataupun aplikasi soal online semacam Quipper School.
Ulangan online sebagai salah satu bentuk evaluasi belajar di era digital
Dengan evaluasi sistem online tersebut, selain hemat kertas, guru juga tak perlu mengoreksi hasil jawaban satu persatu. Tentunya hal tersebut akan mempermudah kerja seorang guru. Tak hanya itu, dengan evaluasi online yang memungkinkan guru memberikan soal secara acak, tentu membuat peserta didik lebih jujur dalam mengerjakannya. Bukankah saat ini kejujuran sudah menjadi barang yang langka?Evaluasi online sedikit banyak membuat siswa lebih jujur
Akhirnya, melihat begitu besarnya manfaat internet dalam kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan, masihkah kita enggan untuk menjadi dan menjadikan generasi yang semakin digital? Semoga tidak ya? Jadi, didiklah anak-anakmu dengan pendidikan yang digital!
#IndonesiaMakinDigital
***
*Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Bercerita Telkom***
#IndonesiaMakinDigital
Tidak ada komentar:
Posting Komentar