Minggu, 09 Oktober 2016

Membumikan #BatikIndonesia, Melangitkan Nusantara

Jika kita mau mengenal lebih jauh tentang Indonesia, maka kita pasti akan tercengang dengan berbagai keindahan dan keunikan yang ada. Bagaimana tidak, Nusantara kita kaya akan segala-galanya. Bukan hanya sumber daya alamnya, Nusantara juga kaya dalam seni dan budayanya. Salah satunya adalah seni dan budaya berupa batik.

Ya batik, kata yang menurut para ahli bahasa, berasal dari bahasa Jawa ‘amba’ yang berarti menulis dan ‘titik’ yang berarti titik. Batik, yang bagi saya selalu menarik untuk diselisik. Dan jika kita memang mau membicarakan batik, maka meskipun hanya sejenak, kita musti kembali ke masa lalu. Rasanya, tak cukup memperbincangkan batik hanya dalam konteks kekinian saja. Karena batik adalah bagian dari tradisi dan budaya yang sudah menyejarah.
Kalau kita membaca sejarah, sebenarnya asal-usul batik sendiri masih menjadi misteri. Namun, menurut penelitian, teknik serupa batik ini telah ada sejak ribuan tahun yang lalu di seluruh peradaban dunia. Sebagai buktinya, adalah ditemukannya kain pembungkus mumi di Mesir yang dilapisi wax atau lilin untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga sudah dikenal sejak masa Dinasti Tang di Tiongkok, serta Kekaisaran Nara di Jepang.

Di Indonesia sendiri, batik diperkiraan mulai dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit. Kemudian dikembangkan pada masa-masa Kerajaan Mataram, Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Teknik dan seni batik secara umum kemudian tersebar luas di Indonesia sekitar awal abad ke-19. Dan dari kurun waktu tersebut hingga sekitar abad ke-20, batik yang dihasilkan merupakan batik tulis dengan motif yang masih terbatas.
Meskipun sudah ada sejak Majapahit, diperkirakan batik tersebar luas di Indonesia sekitar awal abad ke-19 (Image Source)

Kini, seiring dengan perkembangan zaman, corak batik pun semakin beragam sesuai dengan minat dan jiwa seni para pembuatnya. Tak hanya perkembangan corak, seiring perkembangan teknologi, teknik batik pun mulai berkembang, yaitu mulai dikenalnya teknik batik cap dan batik printing. Kedua teknik batik ini memang dianggap sebagai teknik pembatikan yang efisien, karena tidak memakan banyak waktu. Namun secara estetika, tentu tidak bisa menyamai nilai seni yang ada pada batik tulis.
Kita tentu sepakat, bahwa batik memang identik dengan Indonesia. Akan tetapi, bukan berarti negara lain tidak bisa memproduksinya. Negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, bahkan China juga memproduksi batik dengan motif yang cukup beragam. Namun, hal itu ternyata tidak membuat pengakuan dunia internasional terkait batik Indonesia memudar.
Monumen Batik Yogyakarta sebagai prasasti ditetapkannya Batik sebagai Warisan Budaya Dunia 
(Image Source)

Sebagai buktinya, pada tanggal 2 Oktober 2009 silam, UNESCO telah menetapkan batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Tak hanya itu, lima tahun sesudahnya, salah satu kota di Indonesia, yakni Yogyakarta juga ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia (World Batik City) oleh WCC (World Craft Council). Tentu, hal ini akan membuat masyarakat Indonesia semakin bangga akan keberadaan kain batik. 
Piagam penetapan Yogyakarta sebagai World Batik City (Image Source)

Namun, sebenarnya apa sih yang membedakan batik Indonesia dengan batik dari negara-negara lain di dunia? Setidaknya, ada dua hal. Pertama, batik Indonesia mempunyai jenis dan motif yang kompleks dan beragam, serta memiliki arti dan filosofi tersendiri. Bahkan masing-masing daerah mempunyai batik khas dengan berbagai motif yang berbeda. Sebagai contoh, di Yogyakarta ada batik bermotif truntum, yang bermakna simbol cinta yang tulus tanpa syarat. Ada juga motif semen, yang dimaknai sebagai gambaran dari kehidupan yang bersemi. Dan masih banyak lagi.
Berbagai motif #BatikIndonesia, masing-masing memiliki arti dan filosofinya sendiri (Images Source)

Kedua, pembuatan batik Indonesia, yakni batik tulis dilakukan secara tradisional, yaitu menggunakan canting (dalam ejaan Jawa: canthing). Canting adalah alat berbentuk cawan kecil dengan ujung pipa tembaga dan bergagang kayu. Fungsinya adalah untuk menorehkan malam di atas kain mori.

Canting, salah satu keunikan dalam pembuatan #BatikIndonesia (Image Source)

Karena dilakukan secara manual, maka tak perlu heran jika proses pembuatannya memakan waktu yang lumayan lama. Dimulai dari pengeketelan, yaitu perebusan kain mori. Kemudian nyorek, yaitu menggambar motif di atas kain mori dengan pensil. Dilanjutkan nyanting, yaitu membubuhkan malam dengan canting klowong di atas motif. Setelah itu nembok, yaitu menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar dengan canting tembok. Selanjutnya adalah nerusi, yaitu menyanting bagian belakang kain.
Nyanting, salah satu proses panjang pembuatan #BatikIndonesia (Image Source)

Setelah langkah-langkah tersebut selesai, baru dilakukan pencelupan atau pewarnaan kain sebelum dijemur. Setelah dijemur dan kering, dilanjutkan lagi dengan ngerok, yaitu menghilangkan lapisan malam pada bagian yang akan diwarnai. Proses ngerok, nembok, dan pewarnaan ini dilakukan berulang kali tergantung banyaknya warna yang diinginkan. Kemudian langkah selanjutnya adalah ngelorod, yaitu meluluhkan malam dengan merebus kain. Dan terakhir yaitu melakukan penjemuran.

Melihat proses panjang dan rumit dalam pembuatan batik tulis ini, maka tak heran jika batik tulis Indonesia bernilai seni tinggi. Tidak mengherankan juga jika di pasaran, harganya pun paling mahal di antara batik cap dan batik printing. Dan fakta ini seharusnya merupakan berkah bagi mereka yang berada di balik terciptanya keindahan dalam selembar kain bernama batik tulis, yaitu para perajin batik.
Tak bisa dipungkiri, batik tak hanya menyimpan sejarah, arti, dan filosofi semata. Melainkan di dalam setiap helainya juga tersimpan do’a-do’a dan harapan dari pembuatnya. Do'a dan harapan yang terpanjatkan ketika tangan-tangan lembut mereka dengan lihai memainkan canting, menyusuri setiap lekuk motif yang ada. Oleh karenanya, sudah seharusnya kita menghargai kerja keras para pembatik. 
Tak hanya sejarah, arti dan filosofi, di setiap helai kain #BatikIndonesia tersimpan do'a dan harapan dari pembuatnya (Image Source)

Lebih dari itu, kini juga sudah saatnya bagi kita untuk ikut serta dalam upaya membumikan batik Indonesia, sebagai salah satu warisan budaya dunia. Tujuannya tak lain, adalah untuk melangitkan Nusantara. Ya, dengan mengenalkan batik pada dunia, maka masyarakat dunia akan tahu bahwa Nusantara ini mempunyai kebudayaan yang tinggi. Lantas, langkah apa saja yang bisa kita tempuh?

Ada tiga langkah strategis, menurut saya. Pertama, adalah memakai batik dalam beberapa kesempatan. Cara ini adalah salah satu cara paling mudah yang bisa kita lakukan untuk membumikan batik Indonesia. Terlebih, kini batik bukan sekedar sebagai pakaian saja. Namun, batik juga bisa kita aplikasikan dalam bentuk lain dengan sentuhan inovasi para perajinnya. Ada tas, dompet, sepatu, dan lain sebagainya.
Tas batik, salah satu inovasi untuk membumikan #BatikIndonesia (Image Source)

Kedua, mengenali dan mengenalkan batik. Langkah mengenali ini sangat penting, karena sebagaimana kata pepatah, “tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”. Memakai batik dengan tanpa mengenali dan mencintai batik, kalau boleh saya ibaratkan, seperti pernikahan yang dipaksa. Bisa dibayangkan kan? Yang jelas, tentu rasanya akan sangat berbeda dengan yang sudah kenal dan sudah cinta. Nah, proses mengenali batik ini bisa kita lakukan dengan membaca referensi-referensi tentang seluk beluk batik. Mulai dari asal, jenis, motif, sampai dengan makna serta filosofi yang terkandung di dalamnya.

Selain itu, kita juga bisa mengenali batik dengan cara berkunjung ke tempat-tempat pameran dan wisata batik. Salah satunya adalah museum batik. Di museum batik yang terdapat di sejumlah kota di Indonesia, seperti Museum Batik Kraton Yogyakarta, kita bisa menambah pengetahuan seputar batik Indonesia.
Museum Batik Kraton Yogyakarta, salah satu tempat untuk mengenal #BatikIndonesia (Image Source)

Bukan hanya melihat keberagaman batik Indonesia dari zaman dulu hingga sekarang, di museum batik kita juga dapat mengetahui sejarah dan cara pembuatannya. Bahkan, beberapa museum juga menyediakan fasilitas kepada kita untuk belajar membatik, seperti Museum Ullen Sentalu yang terletak di Kaliurang, Sleman, Yogyakarta.
Di Museum Ullen Sentalu, selain menyaksikan berbagai koleksi batik, kita juga bisa belajar membatik 
(Image Source)

Nah, setelah kenal, maka tugas kita selanjutnya adalah mengenalkan batik kepada masyarakat, baik masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Banyak sekali cara mengenalkan batik yang bisa kita lakukan. Salah satu di antaranya adalah dengan menulis tentang batik di media, baik media cetak ataupun media internet, seperti blog, website, dan media-media sosial yang ada.

Mengenali dan mengenalkan batik juga bisa diupayakan dengan keberadaan event-event tentang batik. Salah satunya adalah melalui Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2016. Ajang Biennale Batik yang diselenggarakan pertama kali tersebut akan digelar di Yogyakarta pada tanggal 12 sampai dengan 16 Oktober 2016 mendatang. Dalam gelaran yang mengusung tema Tradition for Innovation itu, kita dapat menyaksikan koleksi museum batik dari seluruh penjuru tanah air dengan keunikannya masing-masing.
Jogja International Batik Biennale, salah satu upaya untuk mengenali dan mengenalkan #BatikIndonesia (Image Source)

Penyelenggaraan JIBB 2016 sendiri didasarkan pada rasa tanggung jawab dari para seniman batik di Yogyakarta beserta segenap pemangku kepentingan untuk terus berupaya dalam rangka penyelamatan, pelestarian, pengembangan, dan pemberdayaan batik. Tujuan event ini tak lain adalah untuk memberikan kontribusi pada pengembangan batik di Indonesia dan juga sebagai media untuk semakin mengenalkan tradisi batik di dunia. Event ini juga sekaligus akan menjadi penegas predikat Yogyakarta sebagai World Batik City yang diberikan WCC di tahun 2014 silam.
Jadwal kegiatan Jogja International Batik Biennale 2016 (Image Source)

Dan langkah ketiga sebagai upaya membumikan batik Indonesia adalah melestarikan. Langkah ini adalah upaya yang tidak boleh tidak harus dilakukan, mengingat kehidupan manusia bukan hanya di tahun ini saja. Akan tetapi, manusia pasti memiliki anak cucu yang juga berhak tahu dan merasakan betapa Indonesia ini kaya akan budaya, termasuk batik.

Tentu, upaya pelestarian ini mustahil dapat dilakukan tanpa menanamkan kecintaan terhadap batik kepada pemuda serta anak-anak yang ada di sekitar kita. Karena bagaimanapun, mereka adalah generasi penerus bangsa kita di masa yang akan datang. Agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang tidak melupakan budaya bangsanya, tentu kita bertanggung jawab untuk menanamkan rasa cinta terhadap batik kepada mereka sedari dini. Satu di antaranya, melalui pembelajaran di sekolah-sekolah, baik sebagai mata pelajaran muatan lokal maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Pembelajaran membatik di sekolah, salah satu upaya untuk menanamkan kecintaan anak-anak pada #BatikIndonesia (Image Source)

Jika ketiga langkah strategis tersebut bisa dilakukan dengan baik, maka kita tak perlu khawatir lagi terkait kehebatan dan kelestarian batik Indonesia. Meskipun negara-negara lain memproduksi batik, yakinlah bahwa batik Indonesia adalah batik terunik dan terindah di dunia. 

Memang harus kita akui, upaya membumikan batik tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Setiap usaha pasti ada tantangan yang menghalang. Namun, marilah kita belajar dari filosofi canting. Anggaplah goresan demi goresannya sebagai gambaran sebuah usaha yang tekun dan sabar untuk menciptakan sebuah mahakarya. Ini berarti, bahwa segala usaha apapun diperlukan sebuah ketekunan, kesabaran, serta do'a.

Oleh karenanya, mari kita bersama-sama membumikan batik Indonesia sebagai salah satu upaya melangitkan budaya Nusantara. Mari menenun kesabaran, mencanting harapan akan masa depan, dalam selembar kain batik untuk Indonesia esok yang lebih baik. Yuk pakai, kenali dan kenalkan, serta lestarikan batik Indonesia! Karena #BatikIndonesia untuk dunia.


#BatikIndonesia #BiennaleBatikJogja
***

*Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blog JIBB2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar