Jika kita mau mengenal lebih jauh tentang Indonesia, maka kita pasti akan tercengang dengan berbagai keindahan dan keunikan yang ada. Bagaimana tidak, Nusantara kita kaya akan segala-galanya. Bukan hanya sumber daya alamnya, Nusantara juga kaya dalam seni dan budayanya. Salah satunya adalah seni dan budaya berupa batik.
Ya batik, kata yang menurut para ahli bahasa, berasal dari bahasa Jawa ‘amba’ yang berarti menulis dan ‘titik’ yang berarti titik. Batik, yang bagi saya selalu menarik untuk diselisik. Dan jika kita memang mau membicarakan batik, maka meskipun hanya sejenak, kita musti kembali ke masa lalu. Rasanya, tak cukup memperbincangkan batik hanya dalam konteks kekinian saja. Karena batik adalah bagian dari tradisi dan budaya yang sudah menyejarah.
Ya batik, kata yang menurut para ahli bahasa, berasal dari bahasa Jawa ‘amba’ yang berarti menulis dan ‘titik’ yang berarti titik. Batik, yang bagi saya selalu menarik untuk diselisik. Dan jika kita memang mau membicarakan batik, maka meskipun hanya sejenak, kita musti kembali ke masa lalu. Rasanya, tak cukup memperbincangkan batik hanya dalam konteks kekinian saja. Karena batik adalah bagian dari tradisi dan budaya yang sudah menyejarah.
Kalau kita membaca sejarah, sebenarnya asal-usul batik sendiri masih menjadi misteri. Namun, menurut penelitian, teknik serupa batik ini telah ada sejak ribuan tahun yang lalu di seluruh peradaban dunia. Sebagai buktinya, adalah ditemukannya kain pembungkus mumi di Mesir yang dilapisi wax atau lilin untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga sudah dikenal sejak masa Dinasti Tang di Tiongkok, serta Kekaisaran Nara di Jepang.
Di Indonesia sendiri, batik diperkiraan mulai dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit. Kemudian dikembangkan pada masa-masa Kerajaan Mataram, Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Teknik dan seni batik secara umum kemudian tersebar luas di Indonesia sekitar awal abad ke-19. Dan dari kurun waktu tersebut hingga sekitar abad ke-20, batik yang dihasilkan merupakan batik tulis dengan motif yang masih terbatas.
Meskipun sudah ada sejak Majapahit, diperkirakan batik tersebar luas di Indonesia sekitar awal abad ke-19 (Image Source)
Kini, seiring dengan perkembangan zaman, corak batik pun semakin beragam sesuai dengan minat dan jiwa seni para pembuatnya. Tak hanya perkembangan corak, seiring perkembangan teknologi, teknik batik pun mulai berkembang, yaitu mulai dikenalnya teknik batik cap dan batik printing. Kedua teknik batik ini memang dianggap sebagai teknik pembatikan yang efisien, karena tidak memakan banyak waktu. Namun secara estetika, tentu tidak bisa menyamai nilai seni yang ada pada batik tulis.Kita tentu sepakat, bahwa batik memang identik dengan Indonesia. Akan tetapi, bukan berarti negara lain tidak bisa memproduksinya. Negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, bahkan China juga memproduksi batik dengan motif yang cukup beragam. Namun, hal itu ternyata tidak membuat pengakuan dunia internasional terkait batik Indonesia memudar.
Monumen Batik Yogyakarta sebagai prasasti ditetapkannya Batik sebagai Warisan Budaya Dunia
(Image Source)
Sebagai buktinya, pada tanggal 2 Oktober 2009 silam, UNESCO telah menetapkan batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Tak hanya itu, lima tahun sesudahnya, salah satu kota di Indonesia, yakni Yogyakarta juga ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia (World Batik City) oleh WCC (World Craft Council). Tentu, hal ini akan membuat masyarakat Indonesia semakin bangga akan keberadaan kain batik. (Image Source)
Piagam penetapan Yogyakarta sebagai World Batik City (Image Source)
Kedua, pembuatan batik Indonesia, yakni batik tulis dilakukan secara tradisional, yaitu menggunakan canting (dalam ejaan Jawa: canthing). Canting adalah alat berbentuk cawan kecil dengan ujung pipa tembaga dan bergagang kayu. Fungsinya adalah untuk menorehkan malam di atas kain mori.
Canting, salah satu keunikan dalam pembuatan #BatikIndonesia (Image Source)
Nyanting, salah satu proses panjang pembuatan #BatikIndonesia (Image Source)
Melihat proses panjang dan rumit dalam pembuatan batik tulis ini, maka tak heran jika batik tulis Indonesia bernilai seni tinggi. Tidak mengherankan juga jika di pasaran, harganya pun paling mahal di antara batik cap dan batik printing. Dan fakta ini seharusnya merupakan berkah bagi mereka yang berada di balik terciptanya keindahan dalam selembar kain bernama batik tulis, yaitu para perajin batik.
Tak bisa dipungkiri, batik tak hanya menyimpan sejarah, arti, dan filosofi semata. Melainkan di dalam setiap helainya juga tersimpan do’a-do’a dan harapan dari pembuatnya. Do'a dan harapan yang terpanjatkan ketika tangan-tangan lembut mereka dengan lihai memainkan canting, menyusuri setiap lekuk motif yang ada. Oleh karenanya, sudah seharusnya kita menghargai kerja keras para pembatik.
Tak hanya sejarah, arti dan filosofi, di setiap helai kain #BatikIndonesia tersimpan do'a dan harapan dari pembuatnya (Image Source)
Ada tiga langkah strategis, menurut saya. Pertama, adalah memakai batik dalam beberapa kesempatan. Cara ini adalah salah satu cara paling mudah yang bisa kita lakukan untuk membumikan batik Indonesia. Terlebih, kini batik bukan sekedar sebagai pakaian saja. Namun, batik juga bisa kita aplikasikan dalam bentuk lain dengan sentuhan inovasi para perajinnya. Ada tas, dompet, sepatu, dan lain sebagainya.
Tas batik, salah satu inovasi untuk membumikan #BatikIndonesia (Image Source)
Selain itu, kita juga bisa mengenali batik dengan cara berkunjung ke tempat-tempat pameran dan wisata batik. Salah satunya adalah museum batik. Di museum batik yang terdapat di sejumlah kota di Indonesia, seperti Museum Batik Kraton Yogyakarta, kita bisa menambah pengetahuan seputar batik Indonesia.
Museum Batik Kraton Yogyakarta, salah satu tempat untuk mengenal #BatikIndonesia (Image Source)
Di Museum Ullen Sentalu, selain menyaksikan berbagai koleksi batik, kita juga bisa belajar membatik
(Image Source)
(Image Source)
Mengenali dan mengenalkan batik juga bisa diupayakan dengan keberadaan event-event tentang batik. Salah satunya adalah melalui Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2016. Ajang Biennale Batik yang diselenggarakan pertama kali tersebut akan digelar di Yogyakarta pada tanggal 12 sampai dengan 16 Oktober 2016 mendatang. Dalam gelaran yang mengusung tema Tradition for Innovation itu, kita dapat menyaksikan koleksi museum batik dari seluruh penjuru tanah air dengan keunikannya masing-masing.
Jogja International Batik Biennale, salah satu upaya untuk mengenali dan mengenalkan #BatikIndonesia (Image Source)
Jadwal kegiatan Jogja International Batik Biennale 2016 (Image Source)
Tentu, upaya pelestarian ini mustahil dapat dilakukan tanpa menanamkan kecintaan terhadap batik kepada pemuda serta anak-anak yang ada di sekitar kita. Karena bagaimanapun, mereka adalah generasi penerus bangsa kita di masa yang akan datang. Agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang tidak melupakan budaya bangsanya, tentu kita bertanggung jawab untuk menanamkan rasa cinta terhadap batik kepada mereka sedari dini. Satu di antaranya, melalui pembelajaran di sekolah-sekolah, baik sebagai mata pelajaran muatan lokal maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Pembelajaran membatik di sekolah, salah satu upaya untuk menanamkan kecintaan anak-anak pada #BatikIndonesia (Image Source)
Memang harus kita akui, upaya membumikan batik tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Setiap usaha pasti ada tantangan yang menghalang. Namun, marilah kita belajar dari filosofi canting. Anggaplah goresan demi goresannya sebagai gambaran sebuah usaha yang tekun dan sabar untuk menciptakan sebuah mahakarya. Ini berarti, bahwa segala usaha apapun diperlukan sebuah ketekunan, kesabaran, serta do'a.
Oleh karenanya, mari kita bersama-sama membumikan batik Indonesia sebagai salah satu upaya melangitkan budaya Nusantara. Mari menenun kesabaran, mencanting harapan akan masa depan, dalam selembar kain batik untuk Indonesia esok yang lebih baik. Yuk pakai, kenali dan kenalkan, serta lestarikan batik Indonesia! Karena #BatikIndonesia untuk dunia.
#BatikIndonesia #BiennaleBatikJogja
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar