Nak, malam ini Ayah akan mengantarkan tidurmu dengan sebuah cerita. Pasti kamu senang sekali. Namun sebelumnya, Ayah akan memberikan satu nasehat untukmu ya? Satu saja, jadilah manusia yang pandai bersyukur, Nak. Bersyukur dalam hal apa saja, termasuk bersyukur karena kau lahir dan hidup di Nusantara.
Ya, Nusantara, negeri kepulauan yang membentang dari Sabang sampai ke Merauke di Papua, dari Miangas sampai ke pulau Rote di Nusa Tenggara sana. Nusantara adalah sebutan bagi negeri kita Indonesia, negeri eksotik yang dianugrahi Tuhan dengan berbagai macam keanekaragamannya. Salah satunya adalah keanekaragaman budaya.
Ya, Nusantara, negeri kepulauan yang membentang dari Sabang sampai ke Merauke di Papua, dari Miangas sampai ke pulau Rote di Nusa Tenggara sana. Nusantara adalah sebutan bagi negeri kita Indonesia, negeri eksotik yang dianugrahi Tuhan dengan berbagai macam keanekaragamannya. Salah satunya adalah keanekaragaman budaya.
Berbicara tentang budaya, kau tak perlu ragu lagi, Nak. Bahwa di setiap daerah di Nusantara ini mempunyai kekayaan budaya yang masing-masing mempunyai filosofi dan daya tarik sendiri-sendiri. Nah, malam ini Ayah akan bercerita tentang budaya sebuah daerah yang berjuluk Kota Mangga, yaitu Indramayu. Cerita ini tentu akan menjadi cerita yang mengasyikkan, yang akan mengantarkanmu beranjak mengarungi mimpi-mimpi malam.
Selain sebagai Kota Mangga, Indramayu juga sebagai Kota Budaya (Source: hipwee.com)
Oh ya, di usiamu yang belum genap dua tahun, tentu kau belum tau tentang Indramayu kan? Indramayu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Letaknya berada di pesisir pantai Utara Pulau Jawa. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Cirebon di tenggara, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang di selatan, serta Kabupaten Subang di sebelah barat.
Peta Kabupaten Indramayu (Source: trisnakrasak.blogspot.co.id)
Kalau kita belajar lebih jauh tentang Indramayu, kita akan tahu bahwa masyarakat Indramayu ini merupakan campuran antara suku Sunda dan Jawa. Sehingga budaya yang tumbuh dan berkembang di sana merupakan bentuk implementasi dari ekspresi masyarakat setempat yang dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa dan Sunda. Bisa dikatakan, bahwa bentuk kebudayaannya merupakan akulturasi dari kedua kebudayaan tersebut.
Mungkin kita mulai dengan cerita tentang Nadran ya Nak? Nadran merupakan upacara tradisional masyarakat Indramayu yang berupa sedekah laut. Menurut sebagian masyarakat, Nadran berasal dari bahasa Arab, yaitu nadzaran. Kita sendiri lebih sering mengucapkannya dengan kata nadzar. Secara bahasa, nadzar artinya adalah pemenuhan janji. Konon, masyarakat nelayan di pesisir Indramayu berjanji, jika hasil tangkapan ikannya melimpah mereka akan melakukan syukuran.
Upacara Nadran yang digelar oleh masyarakat Karangsong Indramayu (Source: infopublik.id)
Harapan dari Nadran ini tentu tak lain agar hasil tangkapan ikan di masa yang akan datang akan lebih banyak lagi. Ini tentu sangat sesuai dengan nilai-nilai agama yang mengajarkan bahwa barang siapa yang bersyukur, maka Tuhan akan menambahkan nikmat kepadanya. Oh ya, jika kelak kau ingin menyaksikan upacara adat Nadran ini, berkunjunglah ke Pantai Eretan Kulon, Eretan Wetan, Dadap, Limbangan dan Karangsong di sekitar bulan Oktober sampai Desember.
Budaya berikutnya yang harus kau kenali adalah Ngarot. Ngarot merupakan upacara tradisional masyarakat Desa Lelea yang dilakukan di awal musim menggarap sawah. Biasanya dilaksanakan menjelang musim hujan tiba, sekitar bulan Oktober sampai Desember. Adapun harinya sudah ditetapkan yaitu hari Rabu, yang dipercayai oleh masyarakat sebagai hari yang mempunyai sifat bumi yang cocok untuk mengawali musim tanam. Tujuan dilaksanakannya upacara ini adalah agar para petani mendapatkan hasil pertanian yang melimpah.
Pakaian adat tradisi 'Ngarot' yang masih dipertahankan di Lelea, Indramayu (Source: poskotanews.com)
Nah, jika pada saatnya musim panen tiba, masyarakat Indramayu akan menggelar upacara Mapag Sri. Mapag Sri merupakan upacara yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas tibanya masa panen. Rasa syukur itu diwujudkan dengan melaksanakan pergelaran kesenian wayang kulit sehari semalam dengan lakon tertentu. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan di balai-balai desa.
Sejumlah perangkat desa merias pengantin padi sebelum acara adat Mapag Sri di Desa Juntinyuat, Indramayu (Source: beritadaerah.co.id)
Selanjutnya Nak, di Indramayu itu ada sebuah budaya yang cukup unik, yaitu Jaringan. Jaringan merupakan upacaranya para remaja yang bertujuan untuk mencari pasangan hidup. Kegiatannya bertempat di Pasar 'Jodoh' Parean, Kecamatan Kandanghaur. Ketika mengikuti upacara Jaringan, sebagai daya tariknya, para pemuda pria mengenakan kain sarung, sedangkan para wanita muda memakai kain rajutan.
Pasar Jodoh Parean, tempat tradisi menjaring jodoh di Indramayu (Source: www.merdeka.com)
Ada juga upacara Ngunjung, yaitu upacara syukuran yang dilaksanakan di beberapa makam tokoh keagamaan serta makam orang-orang yang dituakan oleh masyarakat. Biasanya dilaksanakan pada bulan Syuro dan Maulud. Pada upacara Ngunjung ini, selain diisi dengan kegiatan do’a bersama, juga ditampilkan beberapa kesenian khas daerah, seperti wayang cepak dan tari-tarian.
Tradisi Ngunjung Buyut Bengok di Desa Arahan Lor, Indramayu (Source: www.tosupedia.com)
Oh ya Nak, karena beberapa minggu yang lalu kau sempat sakit, Ayah jadi ingat kalau di Indramayu juga ada upacara Mapag Tamba. Mapag Tamba merupakan upacara yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengusir penyakit. Namun, penyakit yang dimaksud di sini adalah penyakit tanaman yaitu hama. Caranya adalah dengan membawa air tambak ke dalam bumbung bambu yang berasal dari kasepuhan atau sumber. Kemudian air itu disiramkan ke air yang mengalir ke sawah-sawah.
Pamong desa berjalan sambil membawa air dalam bambu pada ritual Mapag Tamba di Desa Tugu, Indramayu (Source: www.antarafoto.com)
Budaya yang ada di Indramayu tidak hanya itu, Nak. Masih banyak lagi yang lainnya. Dalam bidang seni musik ada kesenian yang dinamakan tarling, yaitu perpaduan seni musik dan lagu yang pada awalnya ditampilkan dalam bentuk nyanyian dengan iringan gitar dan seruling. Namun seiring kembangan zaman, kesenian tarling juga diiringi dengan musik dangdut sehingga lahirlah kesenian tarling dangdut.
Ini lho Nak, yang namanya Tarling Klasik Indramayu
Dalam seni tari, di Indramayu ada tari topeng. Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Tari topeng bisa dimainkan oleh seorang penari solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang. Tari topeng ini banyak sekali ragamnya. Salah satunya adalah tari topeng Kelana Kencana Wungu yang merupakan rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang menceritakan ratu Kencana Wungu yang dikejar-kejar oleh Prabu Menak Jingga yang tergila-tergila kepadanya.
Nah, kalau ini namanya Tari Topeng Indramayu, Nak..
Selain pertunjukan tari topeng, di Indramayu kita juga bisa menyaksikan pertunjukan wayang kulit serta wayang golek cepak. Sebenarnya, wayang kulit Indramayu ini sama dengan yang ada di daerah Cirebon. Perbedaannya hanya terletak pada bahasa yang digunakannya, yaitu bahasa Cirebon dialek Indramayu. Sedangkan wayang golek cepak, merupakan bagian dari wayang purwa. Yang membedakan wayang ini dengan lainnya adalah lakon dan alur cerita, serta bentuk dan rupa tokohnya yang tidak diambil dari pakem pawayangan.
Pertunjukan wayang kulit dalam Festival Dalang Wayang Se-Jabar di Indramayu (Source: fajarnews.com)
Seperti ini lho, Nak, aksi Genjring Akrobat.. Keren kan?
Sebenarnya masih banyak sekali kebudayaan yang ada di Indramayu yang akan Ayah ceritakan, Nak. Masih ada Sintren atau Lais, Berokan, Singa Depok, Kebo Ngamuk, Sandiwara, dan lain sebagainya. Belum lagi tentang aneka ragam makanan khasnya. Rasanya waktu satu malam memang tak akan cukup untuk menceritakan berbagai kebudayaan Indramayu ini. Karena memang kebudayaan Indramayu itu banyak sekali. Maka tak heran jika, kabupaten yang terbentuk pada tanggal 7 Oktober 1527 ini disemati sebagai Kota Budaya di pesisir Pantura.
Namun, Ayah lihat kau sudah ngantuk berat, Nak. Kedua mata indahmu sudah nampak sayu. Tinggal beberapa Watt saja. Lain waktu, cerita ini kita sambung lagi ya, Nak? Oh ya, jika suatu saat nanti kau berkesempatan berkunjung ke Indramayu, jadilah saksi atas aneka ragam budaya Indramayu yang sudah Ayah ceritakan ini ya? Kemudian ceritakanlah pada Ayahmu ini. Sekarang, berdo’a dan tidurlah. Esok yang cerah menunggu senyum tulusmu..
***
*Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Indramayu Kota Budaya
**Daftar Bacaan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar